Hujan rintik menemani pendakian kami di kawasan Gunung Tujuh, Kabupaten
Kerinci, Jambi, beberapa waktu lalu. Jalurnya menanjak curam sehingga
kami butuh tiga jam hingga sampai di perhentian.
Namun, letihnya perjalanan seketika lenyap saat kami mencapai tanah
datar di ujung punggungan gunung. Sebuah danau dengan permukaan kebiruan
terhampar luas, dipagari puncak-puncak gunung. Kami terpaku. Kemegahan
alam terasa begitu damai.
Gerimis telah berhenti. Mentari mulai bersembunyi menuju kaki langit.
Pantulan gunung-gemunung yang mengelilingi danau vulkanik tampak jelas
dari tempat kami berdiri di ketinggian 1.950 meter di atas permukaan
laut. Gunung-gunung itu seakan berkaca pada sekeliling permukaan telaga
yang memiliki luas 12 kilometer persegi.
Mereka adalah tujuh gunung yang memberi nama danau tersebut. Hamparan
yang terletak di dalam kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat ini bisa
dibilang salah satu pemandangan terindah di Kerinci. Kami mungkin tidak
berkesempatan menikmati semburat jingga di ujung danau, seperti pada
sore-sore biasanya. Namun, nuansa biru keabuan yang kami dapatkan
selepas hujan memberikan rasa berbeda, yang membawa kami mensyukuri
keagungan Sang Pencipta.
Kami pun menyiapkan tenda dan menikmati makan. Malam itu begitu hening,
tetapi tak merasa sepi. Kami beruntung bisa menikmati terangnya purnama.
Suasana terasa hangat di dekat api unggun.
Bagi wisatawan minat khusus, Danau Gunung Tujuh adalah tujuan wajib,
selain pendakian Gunung Kerinci setinggi 3.805 meter di atas permukaan
laut.
Namun, kekayaan alam Kerinci telah menyediakan beragam lokasi kunjungan.
Bagi Anda penikmat keindahan, perjalanan darat menuju Kerinci sendiri
sudah menjadi sebuah atraksi yang memanjakan mata, melenakan sanubari.
Dari arah Kota Jambi, kita bisa memulainya dengan menikmati Danau
Kerinci, kawasan lembah yang diapit hamparan Bukit Barisan. Danau yang
juga kerap diliputi nuansa biru ini berpadu dengan hamparan persawahan
luas hingga ke Kota Sungai Penuh.
Sungai Penuh adalah kota tenang. Pada pagi hari, kita bisa singgah ke
kawasan perbukitan Bukit Kayangan yang membutuhkan waktu tempuh 10 menit
dengan kendaraan bermotor. Dari sana tampak jelas gambaran Kerinci.
Namun, jangan berlama-lama karena kabut kerap menutupi pandangan menuju
Sungai Penuh.
Selanjutnya adalah mengunjungi perkebunan teh dan pabrik Kayu Aro.
Pemerintah Belanda mendirikan kebun teh Kayu Aro tahun 1928,
menjadikannya sebagai hamparan teh terluas di dunia, 2.624 hektar, yang
mencakup 29 desa. Produk tehnya bernama Teh Kajoe Aro menjadi langganan
bangsawan Eropa. Sekitar 90 persen teh buatan pabrik ini diekspor PT
Perkebunan Nusantara VI Jambi-Sumatera Barat.
Jika tertarik, bisa juga mampir ke pabriknya yang membuka diri bagi
kunjungan wisatawan. Sejumlah tanaman tua yang telah tumbuh sejak
perkebunan itu dibangun masih ada.
Kawasan Kayu Aro semakin lengkap oleh kehadiran Gunung Kerinci yang
tampak menjulang. Memang, gunung ini lebih sering menutup diri dengan
kabut. Pada waktu-waktu tertentu pada pagi hari, dia baru menampakkan
dirinya secara utuh.
Para petani di sekitar kaki Gunung Kerinci membangun penghidupan mereka
dengan bertanam kentang, wortel, stroberi, dan sejumlah jenis sayuran.
Kesibukan para petani teh maupun petani sayur adalah pemandangan yang
menyenangkan.
Pada pagi hari mereka keluar sambil membawa sebuah gerobak yang ditarik
sapi. Orang-orang Kerinci umumnya ramah dan tak sungkan menyapa para
pendatang. Mungkin inilah yang membuat saya yang telah belasan kali
berkunjung masih selalu rindu berada di kaki gunung itu.

Tagged with: Panorama Wisata Alam
Tidak ada komentar :